MAQĀṢID ASY-SYARĪ‘AH DARI KITAB NAYL AL-MUNĀ FĪ NAZHM AL-MUWĀFAQĀT

Oleh: Asy-Syaikh Prof. Dr. Musthofa bin Makhdum - Fiqh Wa Ushuluhu Universiti Islam Madinah

Apakah seorang mufti cukup hanya hafal teks dan hukum-hukum cabang tanpa memahami tujuan syariat? Jawabannya: tidak. Sebab, tanpa maqāṣid, fatwa bisa kering, kaku, bahkan menjerumuskan umat.

Bab Maqāṣid asy-Syarī‘ah dalam al-Muwāfaqāt menegaskan bahwa seluruh hukum Islam diturunkan untuk menjaga kemaslahatan manusia melalui lima pokok besar: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Inilah kompas yang membedakan antara fatwa yang hidup dan fatwa yang mematikan akal sehat.

Karena itu, seorang pemberi fatwa wajib menguasai maqāṣid: agar setiap keputusan hukum yang ia keluarkan tidak hanya sah secara teks, tetapi juga benar secara tujuan, selaras dengan ruh syariat.


Nayl al-Munā fī Nazhm al-Muwāfaqāt karya Abu Bakr bin 'Ashim Al-Andalusy adalah sebuah kitab berbentuk nazhm (syair ilmiah) yang merupakan ringkasan dan penjelasan dalam bentuk bait syair dari kitab besar al-Muwāfaqāt karya Imam asy-Syathibi (w. 790 H).

🔎 Konteks Akademik

  • Kitab al-Muwāfaqāt karya Imam asy-Syathibi adalah salah satu referensi terpenting dalam kajian Uṣūl al-Fiqh dan khususnya Maqāṣid asy-Syarī‘ah.

  • Nayl al-Munā fī Nazhm al-Muwāfaqāt berfungsi memudahkan para penuntut ilmu memahami isi al-Muwāfaqāt melalui bentuk bait-bait nazham yang lebih ringkas dan mudah dihafal.

  • Bab Maqāṣid asy-Syarī‘ah di dalamnya membahas tujuan-tujuan pokok syariat seperti menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, serta penjelasan tingkat kebutuhan syariat (daruriyyat, hajiyyat, tahsiniyyat).


📖 Ringkasan Global

1. Definisi Maqāṣid asy-Syarī‘ah

  • Maqāṣid artinya tujuan, maksud, atau hikmah.

  • Maqāṣid asy-Syarī‘ah adalah tujuan Allah SWT menetapkan hukum-hukum syariat bagi manusia.

  • Tujuannya untuk mewujudkan kemaslahatan (jalb al-maṣāliḥ) dan mencegah kerusakan (dar’ al-mafāsid) dalam kehidupan dunia dan akhirat.


2. Tingkatan Kebutuhan Syariat

Imam asy-Syāṭhibī membagi kebutuhan manusia yang dijaga oleh syariat ke dalam tiga tingkatan:

  1. Ḍarūriyyāt (primer / kebutuhan pokok)

    • Sesuatu yang mutlak harus ada, bila hilang maka kehidupan manusia rusak atau binasa.

    • Contoh: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

  2. Ḥājiyyāt (sekunder / kebutuhan penunjang)

    • Sesuatu yang dibutuhkan untuk menghilangkan kesulitan. Jika tidak ada, hidup tetap jalan tapi dengan kesempitan.

    • Contoh: rukhsah (keringanan) dalam ibadah, seperti boleh menjamak shalat ketika safar.

  3. Taḥsīniyyāt (tersier / kebutuhan penyempurna)

    • Sesuatu yang berkaitan dengan etika, kesopanan, dan keindahan hidup. Jika tidak ada, hidup tetap berjalan, tapi kurang sempurna.

    • Contoh: adab berpakaian, tata cara makan, kebersihan.


3. Lima Pokok Utama yang Dijaga Syariat (al-Kulliyyāt al-Khams)

Syariat Islam menetapkan hukum untuk menjaga lima hal pokok:

  1. Hifẓ ad-Dīn (menjaga agama)

    • Contoh: kewajiban shalat, larangan murtad.

  2. Hifẓ an-Nafs (menjaga jiwa)

    • Contoh: larangan membunuh, diwajibkannya qishash.

  3. Hifẓ al-‘Aql (menjaga akal)

    • Contoh: larangan minuman keras, kewajiban menuntut ilmu.

  4. Hifẓ an-Nasl (menjaga keturunan)

    • Contoh: pernikahan yang sah, larangan zina.

  5. Hifẓ al-Māl (menjaga harta)

    • Contoh: larangan mencuri, diwajibkannya zakat.


4. Prinsip Umum dalam Maqāṣid

  • Semua hukum syariat memiliki hikmah dan tujuan meskipun terkadang hikmahnya tidak langsung tampak.

  • Maqāṣid berlaku baik dalam ibadah, muamalah, akhlak, maupun jinayah (hukum pidana).

  • Dalam kondisi darurat, syariat memberikan kelonggaran untuk menjaga maqāṣid (contoh: boleh makan bangkai untuk menyelamatkan jiwa).


5. Urgensi Maqāṣid dalam Istinbāṭ Hukum

  • Menurut Imam asy-Syāṭhibī, seorang mujtahid tidak cukup hanya dengan teks (nash), tapi juga harus memahami maqāṣid.

  • Dengan memahami maqāṣid, hukum-hukum baru dalam masalah kontemporer bisa diambil dengan tetap menjaga tujuan utama syariat.


Kesimpulan

Bab Maqāṣid asy-Syarī‘ah dalam al-Muwāfaqāt menekankan bahwa:

  • Syariat diturunkan untuk membawa manusia kepada kemaslahatan dunia-akhirat.

  • Semua hukum Islam saling berkaitan dalam menjaga ḍarūriyyāt, ḥājiyyāt, dan taḥsīniyyāt.

  • Fokus utamanya adalah menjaga lima pokok besar (al-kulliyyāt al-khams): agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.